Juni 09, 2009

Semuanya Indah

”Jangan Menangis Mama”

Bu Sally segera bangun ketika melihat dokter bedah keluar dari kamar
operasi.
Dia bertanya dengan penuh harapan: "Bagaimana anakku?
Apakah dia dapat disembuhkan? Kapan saya boleh menemuinya?"
Dokter bedah menjawab, "Saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi
sayangnya anak ibu tidak tertolong"
Bu Sally bertanya dengan hati remuk, "Mengapa anakku yang tidak berdosa
bisa terkena kanker?
Apa Tuhan sudah tidak peduli lagi?" Dimana Engkau Tuhan ketika anak
laki-lakiku membutuhkanMu? "
Dokter bedah bertanya, "Apa Ibu ingin bersama dengan anak ibu selama
beberapa waktu?
Perawat akan keluar untuk beberapa menit sebelum jenazahnya dibawa ke
universitas. "
Bu Sally meminta perawat tinggal bersamanya saat dia akan mengucapkan
selamat jalan kepada anak lelakinya. Dengan penuh kasih dia mengusap
rambut anaknya yang hitam itu.
"Apa ibu ingin menyimpan sedikit rambutnya sebagai kenangan?"
perawat itu bertanya.
Bu Sally mengangguk. Perawat memotong sedikit rambut dan
menaruhnya didalam kantung plastik untuk disimpan.
Ibu Sally berkata, "Jimmy anakku ingin mendonorkan tubuhnya untuk
diteliti di Universitas.
Dia mengatakan mungkin dengan cara ini dia dapat menolong orang lain
yang memerlukan.
Awalnya saya tidak membolehkan tapi Jimmy menjawab, 'Ma, saya kan sudah
tidak membutuhkan tubuh
ini setelah mati nanti.
Mungkin tubuhku dapat membantu anak lain untuk bisa hidup lebih lama
dengan ibunya.' "
Bu Sally terus bercerita, "Anakku itu memiliki hati emas.
Jimmy selalu memikirkan orang lain. Selalu ingin membantu orang lain
selama dia bisa melakukannya. "
Bu Sally meninggalkan rumah sakit setelah menghabiskan waktunya selama
enam bulan di sana untuk merawat Jimmy.
Dia membawa kantung yang berisi barang-barang anaknya.
Perjalanan pulang sungguh sulit baginya.
Lebih sulit lagi ketika dia memasuki rumah yang terasa kosong.
Barang-barang Jimmy ditaruhnya bersama kantung plastik yang berisi
segenggam rambut itu
di dalam kamar anak lelakinya. Dia meletakkan mobil mainan dan
barang-barang milik pribadi Jimmy, anaknya, di tempat Jimmy biasa
menyimpan barang-barang itu. Kemudian dibaringkan dirinya di tempat
tidur. Dengan membenamkan wajahnya pada bantal, dia menangis hingga
tertidur.

Di sekitar tengah malam, bu Sally terjaga. Di samping bantalnya terdapat
sehelai surat yang terlipat.
Surat itu berbunyi: "Mama tercinta, Saya tahu mama akan kehilangan saya;
tetapi saya akan selalu


mengingatmu ma dan tidak akan berhenti mencintaimu walaupun saya sudah
tidak bisa mengatakan 'Aku sayang mama'.
Saya selalu mencintaimu bahkan semakin hari akan semakin sayang padamu
ma.
Sampai suatu saat kita akan bertemu lagi. Sebelum saat itu tiba, jika
mama mau mengadopsi anak lelaki agar tidak kesepian, bagiku tidak
apa-apa ma..
Dia boleh tidur di kamarku dan bermain dengan mainanku.
Tetapi jika mama memungut anak perempuan, mungkin dia tidak melakukan
hal-hal yang dilakukan
oleh kami, anak lelaki.
Mama harus membelikannya boneka dan barang-barang yang diperlukan oleh
anak perempuan. Jangan sedih karena memikirkan aku ma.
Tempat aku berada sekarang begitu indah. Kakek dan nenek sudah menemuiku
begitu aku sampai di sana dan mereka menunjukkan tempat-tempat yang
indah.
Tapi perlu waktu lama untuk melihat segalanya di sana .
Malaikat itu sangat pendiam dan tampak dingin. Tapi saya senang
melihatnya terbang.
Dan apa mama tahu apa yang kulihat? Yesus tidak terlihat seperti
gambar-gambar yang dilukis manusia. Tapi, ketika aku melihat-Nya, aku
yakin Dia adalah Yesus. Yesus sendiri mengajakku menemui Allah Bapa!
Tebak ma apa yang terjadi? Aku boleh duduk di pangkuan Bapa dan
berbicara dengan-Nya
seolah-olah aku ini orang yang sangat penting.
Aku menceritakan kepada Bapa bahwa aku ingin menulis surat kepada mama
untuk mengucapkan selamat tinggal dan kata-kataku yang lain.
Namun aku sadar bahwa hal ini pasti tidak diperbolehkan- Nya. Tapi mama
tahu, Allah sendiri memberikan sehelai kertas dan pensil-Nya untuk
menulis surat ini kepada mama. tercinta.
Saya pikir malaikat Gabriel akan mengirimkan surat ini kepadamu ma.
Allah mengatakan akan menjawab pertanyaan mama ketika mama bertanya 'Di
mana Allah pada saat aku membutuhkan- Nya?' Allah mengatakan Dia
berada bersama diriku seperti halnya ketika putera-Nya Yesus disalib.
Dia ada di sana ma, dan dia selalu berada bersama semua anak.
Ngomong-ngomong, tidak ada orang yang dapat membaca apa yang aku tulis
selain mama sendiri. Bagi orang lain, surat ini hanya merupakan sehelai
kertas kosong. Luar biasa kan ma? Sekarang saya harus mengembalikan
pensil Bapa yang aku pinjam.
Bapa memerlukan pensil ini untuk menuliskan nama-nama dalam Buku
Kehidupan.
Malam ini aku akan makan bersama dengan Yesus dalam perjamuan-Nya.
Aku yakin makanannya akan lezat sekali. Oh, aku hampir lupa
memberitahukanmu ma.
Aku sudah tidak kesakitan lagi. Penyakit kanker itu sudah hilang.
Aku senang karena aku tidak tahan merasakan sakit itu dan Bapa juga
tidak tahan melihat aku kesakitan.
Itulah sebabnya mengapa Dia mengirim Malaikat Pembebas untuk
menjemputku.
Malaikat itu mengatakan bahwa diriku merupakan kiriman istimewa!
Bagaimana ma? Salam kasih dari Allah Bapa, Yesus & aku. "