Juni 09, 2009

Bagaimana Saya Bisa Melihat Perbedaan Antara Amarah Ilahi dan Amarah Daging?

Emosi manusia telah dikotori oleh dosa, karenanya sebagian besar emosi menampilkan campuran antara kebaikan dan kepentingan diri sendiri. Karena itu kita harus bergantung penuh pada Dia yang memberi emosi, untuk menolong kita mengendalikan emosi kita.
Kebanyakan amarah itu muncul karena benci pada ketidak-adilan, entah itu memang kenyataan atau hanya perasaan saja. Ada celah dalam hati di mana kita semua menginginkan keadilan. Perhatikan: mengapa, tujuan, motifasi, dan waktu dari kemarahan kita supaya kita tahu apakah amarah kita itu amarah daging atau memang amarah ilahi.
Amarah daging itu egois, dan terjadi waktu kita yakin kalau kita telah diperlakukan tidak adil. Kita menginginkan sesuatu, kita tidak mendapatkannya, kita merasa kehilangan, dan sekarang kita mau supaya seseorang membayar kerugian karena telah memperlakukan kita tidak adil (Yak 4:1-4). Tujuan amarah daging adalah pembalasan dendam. Kita menginginkan pembalasan yang secepat mungkin, dan menolak menunggu Tuhan bekerja di hati mereka yang telah menyakiti kita (Yak 1:19-20). Kita menjadi keras, tega, tak beralasan, dan sama sekali tidak memiliki kemurahan hati
Sebaliknya, amarah ilahi timbul waktu kita menyaksikan standard keadilan Tuhan di salahi secara terus-menerus (Mzm 119:53). Tujuan amarah ilahi adalah untuk mengingatkan orang yang telah melanggar hukum Allah untuk berubah (Yeh 3:18-21). Sakit pada awalnya, tetapi akan berakhir, dan sembuh.
Kalau amarah daging dimotivasi oleh keegoisan, amarah ilahi dimotivasi oleh kasih Kristus yang bekerja di dalam kita (2 Kor 5:14), dan oleh rasa takut akan penghakimanNya (2 Kor 5:11). Amarah ilahi percaya pada Tuhan yang penyayang, dan yang menginginkan semua orang bertobat (Mzm 86:15; 2 Pet 3:9). Amarah ilahi mau menunggu waktunya Tuhan untuk beracara terhadap kejahatan (Mzm 73:16-19; Rom 12:19)
Karena Kristus adalah teladan kita (Ef 4:1; 1 Yoh 4:17), kita juga dipanggil untuk menyatakan amarah yang benar. Kita perlu membela hal yang Ia bela dan menentang hal yang Ia tentang. Sementara kita bergantung pada hakim yang adil untuk penghakiman terakhir (Rom 12:19-21; 1 Pet 2:23), amarah ilahi memotivasi kita untuk membela keadilan bagi orang yang membutuhkan (Mik 6:8; Rom 12:17-18).