Juni 09, 2009

NANCY MATTHEWS EDISON (1810-1871)

Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya.
Ibunya membaca kertas tersebut: "Tommy, anak ibu, sangat bodoh. Kami minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah."
Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang teguh, "Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. saya sendiri yang akan mendidik dan mengajar dia."

Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia. dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju. Tak banyak orang mengenal siapa Nancy Mattews, namun bila kita mendengar nama Edison, kita langsung tahu bahwa dialah penemu paling berpengaruh dalam sejarah.

Thomas Alva Edison menjadi seorang penemu dengan 1.093 paten penemuan atas namanya. Siapa yang sebelumnya menyangka bahwa bocah tuli yang bodoh sampai diminta keluar dari sekolah, akhirnya bisa menjadi seorang genius? Jawabannya adalah ibunya! Ya, Nancy Edison, ibu dari Thomas Alva Edison, tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah terhadap anaknya. Nancy yang memutuskan untuk
menjadi guru pribadi bagi pendidikan Edison dirumah, telah menjadikan puteranya menjadi orang yang percaya bahwa dirinya berarti. Nancy yang memulihkan kepercayaan diri Edison , dan hal itu mungkin sangat berat baginya, namun ia tidak sekalipun membiarkan keterbatasan membuatnya berhenti.

Pesan Moral: Ada beberapa orang tua yang mengeluh karena anaknya “kurang” dalam beberapa hal. Entah itu kurang cerdas, atau kurang secara fisik (cacat), dan akhirnya mereka menjadi malu dengan anaknya sendiri. Beberapa anak dibuang hanya karena mereka cacat, dan beberapa anak tidak diakui karena mereka “bodoh.”

Kisah di atas adalah kisah yang luar biasa tentang seorang ibu yang berjuang keras hampir sepanjang hidupnya demi mengasuh anak yang terbelakang. Dia tidak serta merta mempercayai apa yang dikatakan oleh orang mengenai anaknya, tetapi ia percaya Tuhan sudah memberikan suatu bakat terpendam yang harus ia keluarkan dari anak tersebut.