Juni 09, 2009

Cukup


Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.Mata air itu bisa
mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu
bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang
diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani
mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di
depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu.
Setelah semuanya penuh dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya,
seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia
menggali sebuah lubang besar
untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus
mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya
karena dia tak pernah
bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata
"cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup?

Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan
kerja kerasnya.
masih dibawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.Suami berpendapat istrinya kurang
pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.Semua merasa kurang
dan kurang.

Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan
hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.Tak perlu takut
berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas
diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita
terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.

Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup"