Juni 09, 2009

Salty Coffee


(sekedar ilustrasi; namun bermakna)

Laki-laki itu datang ke sebuah pesta. Meskipun penampilannya tidak jauh
berbeda dengan penampilan laki-laki lain yang datang, namun kelihatannya
tidak seorangpun yang tertarik padanya. Ia lalu memperhatikan seorang gadis
yang dari tadi dikelilingi banyak orang. Di akhir pesta itu, ia
memberanikan diri mengundang gadis itu untuk menemaninya minum kopi. Karena
kelihatannya laki-laki itu menunjukkan sikap yang sopan, gadis itupun
memenuhi undangannya. Mereka berdua kini duduk di sebuah warung kopi.
Begitu gugupnya laki-laki itu hingga ia tidak tahu bagaimaan harus memulai
sebuah percakapan. Tiba-tiba ia berkata kepada pelayan, "Dapatkah engkau
memberiku sedikit garam untuk
kopiku?" Setiap orang yang ada di sekitar mereka memandang lelaki itu
keheranan. Wajahnya memerah seketika, tetapi ia tetap memasukkan garam itu
ke dalam kopinya lalu kemudian meminumnya. Penuh rasa ingin tahu, gadis
yang duduk di depannya bertanya, "Bagaimana kau bisa mempunyai hobi yang
aneh ini?" Laki-laki itupun menjawab, "Ketika aku masih kecil, aku hidup di
dekat laut, aku suka bermain-main di laut. Jadi aku tahu rasanya air laut,
asin seperti rasa kopi asin ini. Sekarang, setiap kali aku meminum kopi
asin ini, aku terkenang akan masa kecilku, tentang kampung halamanku, aku
sangat merindukan kampung halamanku, aku merindukan orang tuaku yang tetap
hidup di sana ." Ia mengatakan itu sambil berurai air mata, kelihatannya ia
sangat tersentuh. Gadis itu berpikir, "Apa yang diceritakan oleh laki-laki
tersebut adalah ungkapan isi hatinya yang terdalam. Orang yang mau
menceritakan tentang kerinduannya akan rumahnya adalah orang yang setia,
peduli dengan rumah dan bertanggung jawab terhadap seisi rumahnya". Maka
gadis itupun mulai bercerita tentang kampung halamannya yang jauh, masa
kecilnya dan keluarganya. Merekapun berpacaran. Gadis iu menemukan semua
yang dia inginkan di dalam diri laki-laki tersebut. Laki-laki itu begitu
toleransi, baik hati, hangat dan penuh perhatian. Ia adalah laki-laki yang
sangat baik, sehingga ia selalu merindukannya. Singkat cerita, merekapun
menikah dan hidup bahagia. Setiap kali, ia selalu membuatkan kopi asin bagi
suaminya karena ia tahu suaminya sangat menyukai kopi asin. Sesudah empat
puluh tahun menikah, meninggallah suaminya. Ia meninggalkan surat kepada
istrinya, "Sayangku, maafkan aku, maafkan kebohonganku selama aku hidup.
Inilah satu-satunya kebohonganku padamu, yaitu tentang "kopi asin".
Ingatkah engkau pertama kali kita bertemu dan berpacaran? Saat itu aku
begitu gugup untuk memulai percakapan kita.. Karena kegugupanku,aku
akhirnya meminta garam padahal yang aku maksudkan adalah gula. Selama
hidupku banyak kali aku mencoba untuk mengatakan kepadamu hal yang
sebenarnya, sebagaimana aku telah berjanji bahwa aku tidak akan pernah
berbohong kepadamu untuk apapun juga. Tetapi aku tidak sanggup
mengatakannya. Kini aku sudah mati, aku tidak takut lagi, maka aku
memutuskan untuk mengatakan kebenaran ini kepadamu bahwa aku tidak suka
kopi asin. Rasanya aneh dan tidak enak. Selama hidupku aku baru meminum
kopi asin sejak aku mengenalmu. Meski begitu, aku tidak pernah menyesal
untuk apapun yang aku lakukan untukmu. Memiliki engkau merupakan
kebahagiaan terbesar yang pernah aku miliki selama hidupku. Jika aku dapat
hidup untuk kedua kalinya, aku tetap ingin mengenalmu dan memilikimu
selamanya, meskipun aku harus meminum kopi asin lagi". Air mata wanita itu
membasahi surat yang dibacanya. Suatu hari seseorang bertanya kepadanya,
"Bagaimana rasanya kopi asin itu?" "Sangat
enak", jawabnya. ============ ========= ========= === Kita selalu berpikir
bahwa kita sudah mengenal pasangan kita lebih dari orang lain mengenal
mereka. Tetapi mungkin saja ada hal-hal tertentu yang tidak kita ketahui di
mana pasangan kita telah rela meminum "kopi asin" (salty coffee) dengan
membuang ego, kesombongan, kesenangan dan hobinya untuk menjaga
keharmonisan hubungan kita dengannya. Ya, begitulah caranya mengasihi dan
mencintai. Bukan menuntut, tetapi berkorban. Membuang kebencian dan
mengasihi lebih lagi, menyebabkan rasa garam lebih enak daripada rasa gula.

Sumber : tidak diketahui