Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa orang yang lembut adalah orang yang lemah. Sedangkan orang yang keras adalah orang yang kuat. Apakah ini benar?
Suatu kali ada seorang mahasiswa yang bercerita bahwa ia kesal dengan salah satu dosen tetap di tempat kuliahnya. Tadinya ia berencana untuk mengambil dosen ini sebagai salah satu dosen pembimbing skripsinya, tetapi dosen tersebut menolak sebab ia telah membuat peraturan supaya sesama dosen tetap tidak menjadi pembimbing dari satu mahasiswa. Jadi seorang mahasiswa harus memiliki 1 DP dosen full time, dan yang lainnya lagi dosen part time.
Awalnya melihat sikap dan gaya sang dosen, ia merasa bahwa ini adalah peraturan serius yang harus dijalani oleh setiap mahasiswa. Tetapi pada kenyataannya justru dosen inilah yang melanggar ucapannya sendiri dengan membolehkan temannya memiliki 2 DP yang sama-sama berstatus dosen tetap di tempat kuliah mereka. Celakanya lagi, salah satu DP dari temannya itu adalah sang dosen yang membuat peraturan tadi. Alasan yang dosen itu sampaikan adalah karena ia tidak enak menolak permintaan temannya yang setiap hari datang ke kantornya dan meminta agar ia menjadi DP 2 untuk skripsinya.
Cerita ini membuktikan kalau orang yang keras, belum tentu kuat. Sedangkan orang yang lembut adalah orang yang kuat. Setidaknya ia cukup kuat untuk tidak berlaku kasar. Ia juga cukup kuat untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, cukup kuat untuk bersikap lembut bahkan terhadap orang yang telah menyakiti atau merugikannya, dan cukup kuat untuk tidak membuatnya terlalu lama memendam amarah dan kejengkelannya.
Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia lemah lembut (Mat 11:29) dan ternyata Ia memenangkan dunia ini dengan kelembutanNya. Karena itu marilah kita belajar supaya kita memikul kuk yang Dia pasang dan belajar padaNya karena Ia lemah lembut dan rendah hati sehingga jiwa kita akan mendapatkan ketenangan