Waktu dalam hidup itu harus dipakai sedemikian rupa sehingga setiap hari kita dapat mencapai sesuatu yang baik. Ada orang yang berdalih bahwa waktu yang ada ini tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi apakah benar 24 jam sehari adalah waktu yang sedikit, sehingga kita tidak punya waktu untuk hal-hal penting lainnya, seperti menjalin hubungan dengan Tuhan atau dengan orang terdekat kita? Ada tiga langkah yang dapat kita lakukan jika kita mau membuat jadwal yang baik:
1. Urutkan prioritas. Jika semua kegiatan harus dilakukan pada hari ini tentu waktu tidak akan cukup, jadi buatlah pilihan. Apa yang memang penting dan apa yang tidak penting. Apa yang memang bersinggungan dengan arah hidup kita, itulah yang kita prioritaskan. Orang yang sudah berkeluarga harus memprioritaskan keluarganya, dan bukan pekerjaannya. Seorang pekerja wajib memprioritaskan pekerjaannya dan bukan hobinya, kecuali jika pekerjaannya adalah hobinya juga. Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi (Ams 12:11)
2. Ringankan pendirian kita. Kadang kita sudah membuat jadwal tetapi ada saja hal-hal lain yang tiba-tiba menginterupsi untuk dilakukan. Jangan terlalu terkekang dengan jadwal tersebut, sebab tidak selalu semua kegiatan dalam daftar harus dikerjakan. Tidak ada yang memaksa kita untuk melakukannya, dan kita juga tidak akan kehilangan nyawa jika kita tidak melakukannya. Janganlah kita stress karena beban yang kita paksakan sendiri. Cobalah untuk tidak terlalu kuatir jika dalam jadwal ada hal-hal yang tidak sempat dikerjakan, sebab hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang ( Ams 17:22)
3. Percaya pada Tuhan. Saat keadaan mulai tidak terkendali, percayalah pada Tuhan seperti yang Daud lakukan dalam 1 Sam 30:6 “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu… Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”
Stres adalah pertanda bahwa kita mulai mengandalkan kekuatan kita sendiri, atau melihat kepada permasalahan kita dari sudut pandang kita yang terbatas. Penyebab terbesar stress adalah karena kita terlalu serius sama diri sendiri dan kita tidak serius dengan Tuhan.